Pendidikan • Umum • Agama • Resensi • Kegiatan Sekolahku • Kompetisi • CSR • Acara Akan Datang • Liputan Acara • stillalice • SOCIOPRENEUR • layananun • quote • audio2016 • ksn • teropong2016 • Kontes Groufie Ramadhan |
Kehidupan remaja menjadi sebuah tantangan. Usia mereka menyimpan energi besar yang jika dapat diarahkan pada hal positif akan menjadi prestasi. Namun jika salah langkah, remaja bisa menjadi terjerumus pada hal yang negatif. Bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
Seperti kasus perundungan yang terjadi akhir-akhir ini. Perundungan yang terjadi di sekolah merupakan salah satu masalah besar dalam ranah pendidikan kita. Berbagai media massa memberitakan kisah yang membuat kita menyesalkan tindakan ini. Namun tidak mudah memang menjalani kehidupan sebagai remaja. Di satu sisi ada tuntutan besar, di lain sisi beban yang berat harus mereka pikul.
Beban pendidikan yang berat bisa menjadi faktor pemicu perundungan ini. Lantaran bosan dengan rutinitasnya, remaja pun mencari pelarian. Perundungan menjadi salah satu sarana pengalihnya.
Sebagai bagian dari tahapan usia manusia, usia remaja wajar diwarnai dengan pengalaman baik atau buruk. Manusiawi. Meskipun, penyimpangan itu hendaknya disikapi dengan bijak.
Salah satunya langkah mengurangi potensi perundungan adalah dengan adanya lingkungan yang mendukung. Lingkungan dalam hal ini termasuk teman, sekolah, dan keluarga.
Buku ini menceritakan pengalaman remaja yang penuh dinamika. Sebagian mereka terjerumus pada kenakalan remaja pada umumnya seperti merokok, berbohong, mencuri, atau berkelahi. Sebagian lain bahkan kelewatan seperti yang terjadi pada Bram.
Tidak jarang, remaja yang melakukan perundungan dilatari perasaan punya kekuasaan. Maksudnya, mungkin punya keluarga atau saudara yang memiliki kekuasaan. Menjadi petinggi baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Seperti Desi dalam salah satu cerita di buku ini. Desi tak hanya bandel di sekolah seperti berani membawa rokok tapi juga melakukan perundungan. Bahkan salah satu korbannya, Femi akhirnya pindah sekolah lantaran tak ada yang sudi berteman dengannya. Desi berani menunjukkan kebandelannya lantaran orang tuanya menjadi salah satu pengurus yayasan di sekolah itu.
Suatu hari di sekolah akan ada razia. Siswa yang melanggar peraturan sekolah pasti resah. Sebisa mungkin mereka melakukan berbagai cara agar lolos dari razia. Desi yang bawa rokok menitipkan rokok ke Aisyah, siswa yang santun dan jarang melanggar peraturan. Tak hanya Desi. Hana, Wulan dan Bian juga melakukan hal serupa. Bagaimana cara Aisyah menyelamatkan diri dari razia itu? Konsekwensinya, Desi dan lainnya akan memusuhinya.
Umumnya, buku ini menceritakan kenakalan remaja baik yang terjadi di sekolah maupun di luar. Bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas, atau melakukan pelanggaran-pelanggaran sekolah lainnya.
Meskipun begitu, menjadi lengkap dengan cerita kebaikan sisi remaja. Seperti kisah Danu yang terpaksa menjual buku bacaan kesayangannya kepada Galang demi mencoba menyuguhi Reza sahabatnya dengan menu terbaik. Cukup mengaduk emosi ketika sudah terlanjur menjual buku, Reza datang untuk membeli buku itu untuk pamannya. Bahkan, sang paman membeli dengan harga sepuluh kali lipat dari uang yang diberikan Galang. Namun nasi telah jadi bubur. Buku itu sudah terjual. Di sebalik itu, paman memberikan harga setimpal untuk kebaikan Danu dalam memuliakan tamu. Salah satu kejutannya adalah ayah Danu direkrut bekerja di perusahaan pamannya Reza (hlm 18).
Bagi guru, buku ini bisa menjadi referensi pengetahuan tentang kenakalan remaja dan memahaminya. Memahami dunia remaja banyak membantu bagaimana mengatasi dan menghadapinya. Sebanyak 12 kisah remaja ini merupakan bacaannya ringan. Cocok sebagai bahan literasi sekolah. Menunjang program 15 membaca sebelum mulai pelajaran. Tepat untuk usia sekolah menengah.
Disajikan dengan kondisi kekinian yang terjadi saat ini. Kebiasaan prank misal, juga terjadi di SMA Cakrawala, sebagai latar buku ini. Ujang dan Badai melakukan prank supaya bertambah pengunjung akun media sosial mereka. Bukan satu dua yang terkena tipuan bermotif teknologi itu. Banyak korbannya. Hingga mereka mendapat batunya: suatu hari kamera DSLR mereka direbut para preman. Saat mereka minta bantuan, tak ada yang percaya. Mengira mereka masih menjalankan aksinya. Darah betulang Ujang dikira darah bohongan.
Satu kelebihan lain buku ini adalah kemampuan penulis mengaitkan kisahnya dengan kisah nyata di masa lampau yang memiliki kesamaan kejadian. Sehingga, memudahkan kita untuk menarik hikmahnya pula.
Remaja memang penuh konflik. Sebagian besar mereka punya kesempatan untuk mengalami masalah yang besar lantas menyelesaikannya sendiri. Mereka punya banyak masalah yang bermanfaat untuk kematangan dirinya. Mereka adalah tumpuan bangsa di kehidupan mendatang. Ada tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Mereka diberi memimpin bangsa ini di masa depan, dengan syarat mereka telah mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Sumber: Koran Harian Radar Cirebon
Most Read Articles |
PT. PENERBIT ERLANGGA
Jl. H. Baping Raya No. 100
Ciracas, Jakarta Timur 13740
Telp. (021) 871 7006
Fax. (021) 877 946 09
Whatsapp. 08191-1500-885
Hotline. 1500-885